BOOKING TIKET PESAWAT

Indonesia pernah tercatat sebagai negara nomor 2 di Asia yang mampu meluncurkan roket buatan sendiri

Indonesia pernah tercatat sebagai negara nomor 2 di Asia yang mampu meluncurkan roket buatan sendiri. Info sangat penting tentang Indonesia pernah tercatat sebagai negara nomor 2 di Asia yang mampu meluncurkan roket buatan sendiri. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Indonesia pernah tercatat sebagai negara nomor 2 di Asia yang mampu meluncurkan roket buatan sendiri

Biayanya tentu saja mahal. Dan jika kita melihat keluar sana, tidak usah terlalu jauh, misalnya ke beberapa negara tetangga kita, ternyata Indonesia sudah tertinggal di bidang teknologi ruang angkasa. Jika menengok beberapa tahun lalu, Indonesia pernah tercatat sebagai negara nomor 2 di Asia, setelah Jepang, yang mampu meluncurkan roket buatan sendiri. Itu terjadi pada tanggal 14 Agustus 1964, 44 tahun yang lalu. Saat itu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang belum genap setahun dibentuk telah berhasil meluncurkan roket KARTIKA I. Menurut kabar peluncuran roket ini hanya disiapkan dalam waktu 7 bulan. Tapi sayangnya setelah itu selama bertahun-tahun tidak ada lagi terdengar LAPAN mencetak prestasi yang lebih tinggi lagi. Pada saat roket KARTIKA I meluncur membelah langit, India belum tahu apa-apa tentang roket. Digitalizer. Fashion Online. Tapi sejak beberapa tahun lalu negara ini telah memiliki roket Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV) yang mampu mengangkut 2 satelit konvensional sekaligus. Roket ini yang membawa satelit LAPAN-TUBSAT ke orbitnya. Sementara kita masih berkutat dengan roket seri Rx yang sudah dikembangkan sejak awal dasawarsa 1980an. Pencapaian ini jelas masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan China misalnya, yang sudah menjadi negara ketiga setelah Amerika dan Rusia yang berhasil mengorbitkan angkasawannya. Ini bukan membandingkan pencapaian, atau menjadikan penguasaan teknologi angkasa sebagai ajang perlombaan, tapi lebih pada menyikapi kemunduran yang kita alami. 44 tahun yang lalu kita sudah berhasil meluncurkan roket buatan sendiri tapi sampai sekarang masih belum bisa membangun roket yang membawa satelit-satelit kita sendiri. Padahal teknologi ini akan selalu kita gunakan. Jika kita kembali melirik pada bidang yang sama, misalnya tentang pemakaian jasa komunikasi massal, kita masih juga bergantung pada pihak luar. Itu bisa dilihat pada komposisi kepemilikan saham beberapa perusahaan operator seluler yang beroperasi di Indonesia. Sayang sekali jika sampai saat ini kita masih belum bisa mandiri dalam penguasaan teknologi antariksa yang strategis ini. Para pakar kita sering mengungkapkan bahwa posisi geografis kita sangat menguntungkan untuk pengembangan teknologi ini. Garis equator adalah kawasan ideal untuk peletakan satelit pada orbitnya. Dan negara kita memiliki garis ini dari ujung timur hingga ke ujung barat. Mudah-mudahan pada ulang tahun yang ke 63 ini kita akan lebih menyadari lagi betapa banyak yang harus kita kejar. Lebih fokus lagi pada hal-hal yang lebih utama. Tidak lagi saling berebutan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini. Tidak lagi saling berebut pendengar yang sudah bosan mendengar janji-janji. Tidak lagi bertingkah seperti juragan kecap. Sebab dimana-mana yang namanya pemilik pabrik kecap akan selalu bilang bahwa kecapnya yang nomor satu. Beberapa bulan terakhir ini masyarakat Indonesia sangat merasakan betapa BBM menjadi komoditas yang sangat langka. Kita mendengar hampir di seluruh wilayah Indonesia mengalami hal ini. Antrian yang panjang bahkan harus dialami oleh masyarakat. Belum cukup hanya itu bahkan mereka harus mengantri berhari-hari demi mendapatkan BBM seperti premium, solar, minyak tanah dan bahan bakar yang lainnya. Gejala apa sebenarnya yang tengah melanda bangsa kita ini. Akibat yang timbul tidak tanggung-tanggung, hampir di semua sendi kehidupan perekonomian merambat terdongkrak naik. Rakyat makin menjerit……apa artinya semua ini? Berkali-kali Tuhan mengingatkan kita, berbilang pula fenomena-fenomena getir terhampar di depan mata tapi tak juga kita jera dan menyadari betapa kerdilnya kita. Kita terus saja dan senantiasa melakukan kebodohan-kebodohan yang sia-sia. Ketika keadaan ini menerpa kita, masih saja terdengar dan terlihat betapa masih ada saja orang sanggup melakukan perbuatan yang sangat nista.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger